26 Desember 2006. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta bersama elemen-elemen lain yang tergabung dalam Aliansi Anti Pemberangusan Serikat Pekerja di Media Massa menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Kompas biro Yogyakarta. Dikuti sekitar 60 orang, aksi ini bertujuan memberikan dukungan moral kepada P. Bambang Wisudo yang di-PHK secara sewenang-wenang oleh pihak manajemen Kompas. Selain itu, demonstrasi ini juga mengecam keputusan Kompas yang dinilai sarat dengan pelanggaran hukum.
Di bawah koordinator lapangan, Bambang Tiong (AJI Yogyakarta), aksi dimulai dengan long march dari depan Kantor Telkom Yogyakarta yang berjarak sekitar 100 meter dari kantor Kompas. Masing-masing peserta membawa poster yang isinya mengecam tindakan Kompas yang telah mem-PHK jurnalisnya, Bambang Wisudo.
Poster-poster itu antara lain bertuliskan, "Cabut PHK Bambang Wisudo atau bubarkan Kompas"; "Kompas Petunjuk Arah yang Menyesatkan, Ganyang Komprador"; "Kompas, Kelompok Pengompas"; "ersatulah Serikat Pekerja Media"; dan masih banyak lainnya.
Setiba di depan kantor Kompas biro Yogyakarta, aksi demonstrasi diisi dengan orasi dari berbagai elemen. Elemen-elemen yang ikut dalam aksi ini adalah AJI, Masyarakat Peduli Media (MPM), Samin, PBHI, Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY), Taring Padi, Forum LSM Yogyakarta, PBKH Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekspresi dari UNY, LPM Keadilan dari Fakultas Hukum UII, LPM Poros dari Universitas Ahmad Dahlan, LPM Arena dari Universitas Islam Negeri, Yogyakarta, LPM Pendapa dari Universitas Sarjana Wiyata, dan LPM Himmah dari UII.
Dalam orasinya, masing-masing elemen mengatakan menyayangkan tindakan PHK Bambang Wisudo yang seharusnya tidak dilakukan oleh Kompas, sebuah media terbesar di Indonesia.
"Jika mendengar kasus ini, Soe Hok Gie pun akan turut serta bersama kita untuk demo ke Kompas," ujar Bambang MBK dari AJI Yogyakarta. Soe Hok Gie, adalah sosok tokoh mahasiswa awal tahun 1970-an yang pernah dijadikan Kompas sebagai "ikon" ketika harian ini merubah format halamannya.
Aksi ini semakin meriah karena diisi dengan "lagu-lagu perjuangan" yang didendangkan komunitas seniman "Taring Padi". Para peserta aksi juga menghimbau kepada masyarakat umum yang kebetulan lewat di depan Biro Kompas Yogyakarta, untuk berhenti membaca harian Kompas hingga Bambang Wisudo dikembalikan ke posisi semula. "Boikot, boikot Kompas sekarang juga," teriak mereka.
Di sela-sela aksi, Bambang Tiong melakukan negoisasi dengan pihak Kompas, menanyakan apakah peserta aksi dapat berdialog dengan perwakilan Kompas Biro Yogyakarta. Namun mereka menyatakan tidak bisa menerima. Ini adalah penolakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, saat AJI Yogyakarta dan beberapa elemen lainnya datang ke sana untuk berdialog secara bermartabat pun ditolak Kompas.
Setelah berlangsung selama satu setengah jam dan Kompas menolak untuk berdialog, aksi demonstrasi pun diakhiri. "Jika kasus ini tidak segera selesai, kita akan datang dengan jumlah massa yang lebih banyak lagi," ujar Unang Shio Peking, Direktur Forum LSM Yogyakarta.
Tuntutan Aliansi Anti Pemberangusan Serikat Pekerja di Media Massa: Pertama, Kompas harus mengembalikan P. Bambang Wisudo pada posisi semula. Kedua, Kompas harus mengembalikan saham karyawan sebesar 20 %. Ketiga, Kompas harus menghentikan kekerasan terhadap wartawan. Empat, Kompas harus meminta maaf melalui media Kompas kepada P. Bambang Wisudo dan publik. Lima, Kompas harus kembali pada garis perjuangan yang mengusung nilai-nilai keadilan sosial, humanisme dan nilai-nilai demokrasi.
Dan tuntutan terakhir: apabila Kompas tidak menjunjung tinggi poin-poin di atas maka peserta aksi menghimbau kepada publik untuk tidak berlangganan harian Kompas. (mbk)
No comments:
Post a Comment