Sunday, June 21, 2009

AJI Yogyakarta dan Yayasan Pulih Mengadakan Pelatihan “Jurnalisme dan Trauma”




Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan Pulih dari jakarta mengadakan pelatihan Jurnalisme dan Trauma di Hotel Cakra Kusuma tanggal 16-17 juni 2009. Sekitar 15 jurnalis dari Yogyakarta mengikuti pelatihan ini. Mereka adalah jurnalis dari media massa cetak, elektronik (televisi dan radio) serta fotografer.

Dalam pelatihan ini para jurnalis mendapat materi untuk mengenali apa itu trauma, stres dan berbagai peristiwa yang dapat menyebabkan gangguan psikologis ini. Sebagai saksi sajarah atas berbagai peristiwa yang mengerikan seperti bencana alam, kasus terorisme, konflik sosial dan lain-lain yang menyebabkan banyak manusia meninggal atau terluka, jurnalis dapat mengalami trauma.

Peristiwa mengerikan lainnya yang dapat membuat jurnalis trauma adalah ketika mereka mengalami kekerasan dari pihak-pihak tertentu. Saat sharing pengalaman, Eko Boediantoro, fotografer senior dari SKH Kedaulatan Rakyat mengatakan ia mengalami trauma ketika dahulu salah satu pendukung partai politik pernah mengancamnya dengan sebilah pedang. Maksudnya agar Eko tidak menayangkan gambar aksi brutal mereka. Satgas (satuan tugas) dari partai politik itu mengarahkan pedang tepat ke lehernya.

“Saya mengalami trauma,” ujarnya. Akibatnya ia harus dirawat di UGD karena setelah peristiwa menakutakan itu ia tidak dapat bernapas. Setelah sesi sharing usai, trainer membekali para jurnalis berbagai cara untuk mengatasinya.

Selanjutnya, para trainer juga menjelaskan secara singkat bagaimana cara meliput peristiwa yang mengerikan seperti itu. Terutama ketika para jurnalis berhadapan dengan para korban. Misalnya bagaimana cara melakukan wawancara yang benar terhadap para penyintas (survivor) sehingga tidak membuat mereka mengalami trauma lagi.

Terakhir, trainer dan peserta membahas soal cara penyajian berita (peristiwa mengerikan) yang tidak membuat para individu yang secara langsung dan tidak langsung terkait dengan peristiwa mengerikan itu mengalami trauma lagi. Sebab ketika media massa menayangkan berita itu secara terus-menerus dapat membangkit kesedihan yang berkepanjangan bagi mereka yang mengalami peristiwa itu.

No comments: