Sunday, March 20, 2011

Internet itu Berguna dan Perlu!



Jumat malam (18/3), hujan tidak mengguyur kota Yogyakarta. Di beranda salah satu gedung di Taman Budaya Yogyakarta, sejumlah orang duduk lesehan untuk menyaksikan pertunjukkan wayang kulit yang dimainkan oleh komunitas Wayang Kampung Sebelah dari Surakarta. Suara riuh tawa dari para penonton terus membahana mengikuti jalan cerita dengan aktor (wayang) orang-orang biasa itu, bukan para tokoh dari Cerita Mahabarta atau Ramayana. Di sini kita dapat menyaksikan wayang “inul” yang dapat bergoyang ngebor. Segar.

Pertunjukkan Wayang Kampung Sebelah adalah salah satu sajian kesenian yang digelar dalam acara #3Gmerapi, Guyub Gugur Gunung Merapi. Selain itu masih ada jathilan dan jingkrak. Jalin Merapi, Internet Sehat, Detikcom, HIVOS dan beberapa lembaga lainnya menggelar acara ini untuk menggalang dana bagi masyarakat korban letusan Gunung Merapi.

Jarum jam menunjukkan angka 8. Ketika Wayang Kampung Sebelah pentas, kegembiraan penonton ‘terpaksa’ diputus sesaat. Panitia meminta hadirin menyaksikan pemutaran film berjudul linimassa. Tentu penonton tidak lantas sedih karena film dokumenter dengan sutradara Dandy Dwilaksono juga menarik. Film ini mendokumentasikan betapa pentingnya internet bagi masyarakat.

Film @linimas(s)a dibuka dengan cerita Harry Van Yogya, seorang tukang becak di Yogyakarta yang menggunakan facebook untuk menawarkan jasanya bagi para turis. Gayung bersambut, banyak turis yang datang ke Yogyakarta menggunakan jasa bapak ini untuk nglencer di kota Yogyakarta. “Jika kita menggunakan dengan postif, internet dapat membawa banyak keuntungan,” ujarnya dalam sesi diskusi.

Selanjutnya ada pula cerita tentang Jalin Merapi yang dikomandani Akhmad Nasir dari Combine Resource Institute (CRI). Ini menceritakan bagaimana masyarakat saling berbagi informasi perihal bencana letusan Gunung Merapi melalui internet. Hasilnya, gerakan masyarakat sipil untuk menolong warga korban Gunung Merapi dapat berjalan efektif. Contohnya adalah mobilisasi masyarakat untuk memberikan nasi bungkus bagi para penyintas.

Nasir mengungkapakan latar belakang munculnya Jalin Merapi adalah kekecewaan terhadap pemberitaan media massa soal bencana Gunung Merapi. “Kebanyakan menampilkan sisi dramanya,” tandas warga Sewon, Bantul itu.

Media massa juga tidak banyak memberikan suara bagi para penyintas. Para jurnalis justru memberikan porsi yang banyak kepada penguasa yang selalu memberikan pernyataan bagus. Padahal situasi lapangan memberikan gambaran sebaliknya, jelas Nasir lagi ketika memberikan kesaksiannya.

Film @linimas(s)a juga mendokumentasikan gerakan para ‘aktivis’ internet dalam membela Prita Mulyasari yang dikriminalkan hanya karena mengeluarkan ‘uneg-unegnya’ soal pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Gerakan ini berhasil. Ada pula cerita dari Blontank Poer, blogger dari Surakarta. Ia, bersama komunitas blogger di kota itu berbuat banyak untuk masyarakat, salah satunya memberikan pendidikan cara berinternet bagi para difabel.

Ada lagi, blogger di Surakarta juga sudah menjadi salah satu pihak yang ikut dalam musrenbang (musyawaran rencana pembangunan) Kota Yogyakarta. Ini menunjukkan internet juga dapat meningkatkan partisipasi publik bagi masyarakat.

Sesi diskusi tentang film yang dipandu oleh Ono W. Purbo, berlangsung menarik. Banyak hadirin yang bertanya. Ono memberikan berbagai macam hadiah bagi hadirin yang mau bertanya. Ada buku, t shirt dan tas.

Dhandy, mantan jurnalis RCTI yang menjadi sutradara film ini mengaku senang dapat membuat film ini. “Saya dapat menunjukkan bahwa internet itu mempunyai banyak manfaat,” tegas jurnalis yang sering melakukan investigasi itu.

Ketika diskusi usai, penonton kembali menikmati pentas Wayang Kampung Sebelah. Penonton yang sebagian besar anak-anak muda itu kembali tertawa riuh saat sang dalang ‘mewayangkan’ “rhoma irama” dan “inul” menyanyi dangdut. Sabetan sang dalang bagus sehingga “inul” dapat ngebor dan “oma irama” bisa mencabik gitarnya habis-habisan.

Diujung acara, sang pembawa acara, Tejo Badut menawarkan tiga foto, masing-masing karya fotografer, Dwi Oblo, Achmad Ibrahim dan Kemal Jufri. Semua foto tentang bencana Gunung Merapi. Tidak ada harga pasti. “Silakan memberikan seikhlasnya karena ini untuk warga Gunung Merapi,” ungkap Tejo Badut. Ada yang berminat? (foto dan teks: bambang muryanto)

No comments: